Jakarta–Melambatkan perekonomian Tiongkok secara tidak langsung telah berdampak juga pada perekonomian Indonesia. Hal tersebut ditunjukan dengan adanya penurunan permintaan barang (ekspor) dari Tiongkok.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus D.W. Martowardojo mengatakan, perlambatan ekonomi di Tiongkok telah mempengaruhi ekspor Indonesia ke Tiongkok. Pasalnya, komoditi-komoditi utama Indonesia seperti kelapa sawit, batubara telah mengalami sedikit tekanan pada harga komoditi tersebut.
“Di bidang ekspornya kita lihat ada tekanan sehingga tekanan itu terutama ada di komoditi-komoditi andalan itu seperti kelapa sawit, batubara harganya agak tertekan dan juga permintaan dari beberapa negara khususnya negara Tiongkok agak menurun,” ujarnya, di kawasan perkantoran Bank Indonesia, Jakarta, Jumat 30 Mei 2014.
Dengan adanya penurunan permintaan dari sektor ekspor tersebut, maka diperkirakan bakal berdampak juga pada neraca perdagangan Indonesia. Bank sentral memprediksi, pada April 2014 neraca perdagangan Indonesia diperkirakan akan mengalami defisit. Oleh sebab itu, pihaknya terus mengupayakan agar neraca perdagangan bisa kembali surplus.
“Nah, neraca perdagangan yang diperkirakan terjadi defisit ini kita memang mengetahui bahwa ini ada unsur musiman, tetapi harusnya kita tetap berusaha supaya neraca perdagangan dapat kembali surplus, dan itu upaya yang dapat dilakukan oleh nasional,” tukas Agus.