Jakarta -Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meminta perbankan dalam negeri lebih agresif ekspansi ke luar negeri menjelang diterapkannya Masyarakat Ekonomi ASEAN. Saat ini masih banyak perbankan yang malas berekspansi.
Ketua Dewan Komisioner OJK, Muliaman Hadad, mengatakan rencana penerapan MEA ini gaungnya sudah terdengar sejak 10 tahun lalu. Seharusnya, para pelaku industri sudah mempersiapkan diri sejak lama.
“Seharusnya kita siap. Kebiasaan kita, kita baru sibuk menjelang pelaksanaan, kayak kita pas mahasiswa. Kebiasaan tidak produktif yang juga menjangkiti bankir kita. Baru mengerjakan tugas kalau sudah dekat,” kata Muliaman dalam Rapat Umum Anggota Ikatan Bankir Indonesia (IBI) 2015 dengan tema ‘Kesiapan Bankir Indonesia Menghadapi MEA 2015’ di Plaza Bapindo, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan, Kamis (21/5/2015).
“Kalau lakukan banyak persiapan kan kita sudah kuat, tapi ini yang ada sebaliknya. Tapi tidak ada kata terlambat,” tambah Muliaman.
Senada dengan Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo, Muliaman ingin perbankan dalam negeri keluar dari zona nyaman yaitu dengan berekspansi ke luar negeri. Selain ekspansi, Muliaman juga mendorong bank lakukan konsolidasi supaya bisa lebih kuat.
“ASEAN ini tak lepas dari dinamika global. Kita harus keluar dari wilayah kita. Saya dengan BI sedang merancang struktur industri keuangan agar bank kita bisa konsolidasi. Rasanya integrasi itu perlu kita pikirkan, karena bukan hanya banking saja, tapi juga terbuka asuransi dan pasar modal,” katanya.
Dengan membuka cabang di luar negeri, Muliaman percaya perusahaan Indonesia juga akan mendapat kemudahan kredit ketika ekspansi usaha ke luar negeri. Dengan demikian, sektor riil Indonesia juga bisa ikut tumbuh tinggi.
“Bank kita umumnya ikut sektor riil, selalu mengekor setelah mereka (perusahaan) ekspansi baru bank kita mengikuti. Jadi keinginan kita untuk abroad harus diikuti bersama, jangan sampai sudah buka (cabang) tapi kemudian tutup,” jelas Muliaman.
Sumber : finance.detik.com