Jakarta–PT Bank Central Asia Tbk (BCA) tetap optimis dengan kinerja penyaluran kredit konsumsi atau kredit konsumer, kendati pertumbuhan ekonomi nasional tengah melambat akibat kinerja ekspor yang menurun.
Wakil Presiden Direktur BCA, Eugene Galbraith mengatakan, pertumbuhan kredit konsumsi terkendali pada tahun ini, sesuai dengan kebutuhan atau permintaan yang agak menurun. “(Kredit konsumsi di BCA) Masih cukup kuat tapi pertumbuhannya tidak seperti tahun-tahun sebelumnya,” ujarnya di Jakarta, Senin, 2 Juni 2014.
Perseroan mencatat, total outstanding tumbuh sedikit di atas imbauan regulator di kisaran 15-17%, yakni naik 19,7% dari Rp264,98 triliun pada triwulan satu 2013, menjadi Rp317,19 triliun pada triwulan satu 2014. Dari nominal tersebut, sebesar 33,4% merupakan kredit korporasi, sedangkan kredit komersial dan UKM serta kredit konsumer masing-masing sebesar 39,1% dan 27,5%.
Khusus untuk kredit konsumer, tercatat tumbuh 21,6% dalam setahunan menjadi Rp87,1 triliun. “Kalau saya tak salah ingat, KPR naik beberapa persen tapi tidak setajam tahun-tahun sebelumnya. KKB stabil. Kartu kredit ok lah,” tutur Eugene.
Kredit Pemilikan Rumah (KPR) naik 20,9% secara setahunan menjadi Rp52,9 triliun. Sedangkan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) tumbuh 23,8% menjadi Rp26,9 triliun. Sementara, outstanding pinjaman kartu kredit meningkat 18,3% menjadi Rp7,3 triliun.
“Pertumbuhannya tidak terlalu wah, tapi juga tidak terlalu dinamis. Jadi kami merasa sudah sesuai dengan kebijakan BI dan kebutuhan masyarakat Indonesia,” cakap Eugene.
Sebelumnya, Bank Indonesia menyatakan bahwa perkembangan ekonomi global seperti perlambatan ekonomi di China dan penurunan harga komoditas dunia yang lebih dalam, pun penerapan Undang-undang Minerba di Tanah Air menekan kinerja ekspor sehingga berpotensi menurunkan pertumbuhan ekonomi nasional menjadi di kisaran 5,1-5,5%, dari perkiraan sebelumnya di level 5,5-5,9%.
Namun, untuk konsumsi domestik, bank sentral menilai tak ada persoalan yang cukup berarti, dan diperkirakan masih bisa tumbuh di kisaran 5,1-5,5% pada 2014, lebih tinggi dari perkiraan awal di level 4,9-5,3%. Sedangkan investasi masih di level yang sama tumbuh 4,8-5,2%.