Jakarta -Bank Indonesia (BI) memprediksi nilai tukar rupiah akan berada di kisaran Rp 13.400 akhir 2015. Sedangkan di 2016 berada di Rp 13.700.
Menurut Gubernur BI Agus Martowardojo, sampai dengan 24 Agustus 2015, dolar tercatat Rp 13.088 secara rata-rata. Rupiah terdepresiasi 11,8% (year to date), lebih tinggi dibandingkan dengan 2014 yang sebesar 1,7%.
“Hal ini disebabkan kuatnya apresiasi dolar Amerika Serikat (AS) kepada seluruh mata uang dunia,” ujarnya dalam rapat dengan Banggar DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (25/8/2015).
Kemudian, kata Agus, dari dalam negeri meningkatnya permintaan valas untuk pembayaran utang dan deviden dari perusahaan seiring dengan pola musiman di kuartal II.
“Akan tetapi tekana tersebut tertahan akibat outlook rating Indonesia dari SnP yang memberikan sentimen positif untuk para investor,” jelasnya.
Menurut Agus, dalam beberapa waktu terakhir, semua mata uang di dunia melemah terhadap dolar AS. Dengan posisi rupiah sekarang yang sudah di bawah nilai fundamentalnya, BI sudah mengeluarkan beberapa kebijakan.
“Sampai dengan akhir tahun 2015, rupiah diperkirakan berada pada rentang Rp 13.000 – 13.400 atau lebih depresiatif dibandingkan proyeksi sebelumnya yang sebesar Rp 13.000-13.200,” katanya.
Sementara untuk 2016 diperkirakan pada rentang Rp 13.400-13.700 atau masih sejalan dengan asumsi pemerintah dalam RAPBN 2016 yang sebesar 13.400.
“Ini dikarenakan neraca pembayaran yang dapat membaik di 2016. Ditopang oleh surplus transaksi modal. Dari sisi eksternal pergerakan rupiah dipengaruhi oleh rencana kenaikan suku bunga oleh The Fed dan kelanjutan devaluasi oleh Tiongkok. Transaksi berjalan yang masih defisit tetap memberikan tekanan,” tutupnya.